Gambar Ilustrasi Pembukaan Lahan Ilegal (Sumber: Freepik)
UPTUAL–Indonesia merupakan negara agraris yang subur dan kaya akan sumber daya alam menjadikan banyak tanaman dapat tumbuh di dalamnya. Seperti penggalan lirik lagu "Indonesia tanah surga, kayu dan batu jadi tanaman", seakan membenarkan bahwa tumbuhan apapun yang ditanam di sini pasti akan hidup. Tak terkecuali sawit. Siapa yang tak kenal dengan sawit? Tanaman yang cukup populer dan banyak ditemui di Indonesia ini merupakan tanaman asli benua Afrika yang terkenal dengan cuaca panasnya dapat tumbuh subur di bawah langit khatulistiwa yang beriklim tropis.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Berdasarkan data Food & Agriculture (FAO), komoditas pertanian paling banyak diproduksi Indonesia adalah kelapa sawit. Maka tak heran banyak perusahaan-perusahaan besar yang menyulap hutan belantara menjadi kebun sawit. Daerah-daerah penghasil kebun sawit terbesar di Indonesia antara lain: Aceh, Riau, Jambi serta beberapa bagian di Sumatera dan Kalimantan. Tidak heran jika kita lihat hari ini, kondisi hutan di sumatera dan kalimantan semakin hari semakin menurun dengan jumlah satwa yang dilindunginya semakin lama semakin berkurang. Hal ini tentu merupakan kondisi yang kritis dan sangat mengawatirkan.
Sawit Tanaman yang Serakah
Kelapa sawit merupakan tanaman yang menyerap air dalam jumlah yang cukup banyak. Setiap pohon kelapa sawit dapat menyerap air hingga 10–12 liter per harinya. Tentunya dengan demikian sulit rasanya tumbuhan lain dapat hidup berdampingan dengan tanaman sawit ini.
Sawit merupakan tanaman monokultural, sehingga kawasan hutan tropis yang luas dan ekosistem lain yang memiliki nilai konservasi tinggi ditebang untuk memberi ruang bagi perkebunan kelapa sawit yang luas. Pembukaan lahan ini telah menghancurkan habitat penting bagi banyak spesies yang terancam punah termasuk badak, gajah, dan harimau. Ada kebun sawit tentunya ada pabrik, tak ayal secara tidak langsung dengan adanya sawit juga merusak ekosistem sungai karena di Indonesia hari ini masih banyak pabrik-pabrik nakal yang membuang limbah tidak memperhatikan prosedural yang ada.
Pernyataan Presiden Prabowo Tentang Sawit
Pro dan kontra sawit di Indonesia adalah hal yang sampai hari ini selalu diperdebatkan oleh publik. Dampak positif dan negatif adanya lahan sawit di Indonesia membuatnya menjadi bahan diskusi yang menarik untuk dibahas oleh semua orang. Tidak terkecuali Presiden Republik Indonesia, bapak Prabowo Subianto. Saat memberikan pengarahan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Jakarta pada Senin (30/12), Prabowo mengeklaim "kelapa sawit jadi bahan strategis" dan "banyak negara takut tidak dapat kelapa sawit".
Dia kemudian mengatakan bahwa Indonesia perlu menambah penanaman kelapa sawit. Menurutnya, lahan sawit menyebabkan deforestasi adalah tuduhan yang keliru.
"Enggak usah takut apa itu katanya membahayakan, deforestation, namanya kelapa sawit ya pohon, ya kan?" tutur Prabowo.
"Benar enggak, kelapa sawit itu pohon, ada daunnya kan? Dia menyerap karbondioksida. Dari mana kok kita dituduh yang boten-boten saja itu orang-orang itu," sambungnya.
Tidak hanya itu, baru-baru ini juga ia mengatakan dalam sambutannya di hari jadi Golkar bahwa Indonesia harus bersyukur karena memiliki sawit adalah karunia dari yang Maha Kuasa.
Statmentnya menjadi perbincangan hangat di Indonesia, banyak pakar dan peneliti berpendapat bahwa presiden kita tidak mengetahui dan membedakan mana yang menjadi tanaman hutan dan mana tanaman yang dapat merusak hutan.
Padahal menurut UU Cipta Kerja telah menjelaskan bahwa sawit bukan tanaman hutan karena ada proses menghutankan kembali melalui jangka benah setelahnya. Dengan begitu UU Cipta Kerja telah memosisikan secara jelas bahwa sawit tetap tergolong tanaman perkebunan. Semua yang hijau dan berdaun tidak semua disebut hutan. Hutan adalah kawasan kompleks yang di dalamnya menampung beraneka ragam fauna dan flaura. Sebaliknya perkebunan hanya dihidupi oleh satu tanaman utama yang menjadi prioritas. Hutan adalah rumah bagi satwa yang dilindungi, tempat untuk bermacam tanaman tumbuh dan menghijau. Hutan diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem makhluk hidup. Dengan hutan disulap menjadi perkebunan maka bencana banjir, tanah longsor dan kepunahan satwa yang dilindungi adalah sesuatu yang tinggal menunggu waktu. Walaupun tidak semua kerusakan hutan disebabkan oleh perkebunan sawit tapi sawit adalah salah satu penyumbang terbesar kerusakan alam di Indonesia.
Sudah Waktunya Indonesia tidak kebergantungan dengan Sawit
Ada banyak tanaman yang juga menjanjikan selain perkebunan kelapa sawit. Contohnya adalah perkebunan kopi.
Kopi adalah tanaman yang termasuk multikuktural. Perkebunan multikultur adalah perkebunan yang dapat ditanami berbagai jenis tanaman dalam satu bidang lahan menggunakan sistem tumpang sari. Tumpang sari adalah penanaman dua atau lebih tanaman dalam waktu yang bersamaan atau hampir bersamaan di lahan yang sama. kebun campuran bisa menjadi sistem yang ramah lingkungan dan juga dapat menjaga kestabilan penghasilan petani pengelolanya.
Akan tetapi diperlukan pengembangan dan sosialisasi lebih lanjut oleh dinas terkait untuk meningkatkan hasil dan penghasilan dari kebun campuran. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang sehat dan mendukung terciptanya masyarakat yang sejahtera.
Oleh: Khairul Fahmi (Komunitas Sahabat Rimba)
Tags:
Opini